Masalah Aksiologi dalam Filsafat

Aksiologi adalah filsafat nilai. Nilai yang dimaksudkan adalah nilai kegunaan. Apa kegunaan ilmu itu dalam kehidupan manusia? Tentu kita semua setuju dan sepakat bahwa ilmu telah banyak memberikan manfaat dalam kehidupan dan kesejahteraan umat manusia di dunia. 

Secara etimologis, aksiologi berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu “aksios” yang berarti nilai dan kata “logos” berarti teori. Jadi, aksiologi,merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai. Dengan kata lain, aksiologi adalah teori nilai. 

Teori nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Etika memiliki dua arti yaitu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia, dan predikat yang dipakai untuk membedakan perbuatan, tingkah laku, atau yang lainnya. 

Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian. Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.

Etika disebut juga filsafat moral (moral philosophy), yang berasal dari kata ethos (Yunani) yang berarti watak. Moral berasal dari kata mos atau mores (Latin) yang artinya kebiasaan (Hamersma, 1985; Rapar, 1996; Tim Dosen UGM, 2007), watak, kelakuan, tabiat, dan cara hidup. Dalam Bahasa Indonesia istilah moral atau etika diartikan kesusilaan. 

Etika adalah kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. etika ialah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Moral dalam KBBI (2003) didefinisikan sebagai ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai akhlak; akhlak dan budi pekerti; kondisi mental yang mempengaruhi seseorang menjadi tetap bersemangat, berani, disiplin, dan sebagainya. 

Studi tentang etika, para ahli ada yang membedakannya menjadi dua kelompok, yaitu etika deskriptif dan etika normatif. 

1.Etika Deskriptif.
Etika deskriptif menguraikan dan menjelaskan kesadaran dan pengalaman moral (suara batin) dari norma-norma dan konsep-konsep etis secara deskriptif (Hamersma, 1985; Rapar, 1996). 

2. Etika Normatif         
Etika normatif sering disebut filsafat moral (moral philosophy) atau etika filsafati (philosophical ethics). Etika normatif dibagi ke dalam dua teori, yaitu teori-teori nilai (theories of value) dan teori-teori keharusan (theories of obligtion).Teori-teori nilai mempersoalkan sifat kebaikan. Sifat teori ini ada dua, yakni monistis dan pluralistis. Yang termasuk dalam kategori monistis adalah hedonisme spiritualistis maupun hedonistis materialistis sensualistis. Sedangkan teori teori keharusan membahas tingkah laku. Teori-teori yang tergolong dalam theories of obligation adalah aliran egoisme dan formalisme.

Comments

Popular posts from this blog

Tentang Armaan Malik

Akuntansi, Kas kecil ( petty cash )

DESCRIPTION ABOUT DEEPIKA PADUKONE