Peran Filsafat Dalam Peradaban Umat Manusia
Filsafat mengajarkan kepada kita untuk mengerti tentang diri dan dunia,
karena dengan filsafat akan membantu memahami diri dan sekeliling dengan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar. Filsafat dapat mengasah kemampuan kita dalam melakukan penalaran akan membedakan argument dan menyampaikan pendapat baik secara lisan ataupun tertulis. Filsafat juga akan membuka cakrawala berpikir yang baru dan mengeluarkan ide-ide yang kreatif dan memecahkan persoalan dan lewat penalaran secara logis.
Filsafat dapat membentuk pengalaman kehidupan seseorang secara lebih kreatif
atas dasar pandangan hidup atau ide-ide yang muncul karena keinginannya.
Dengan filsafat, kita semakin mampu menangani pertanyaan-pertanyaan yang
mendasar (makna realitas dan tanggung jawab) yang tidak terletak dalam
wewenang metode ilmu khusus.
Metode Berfikir Filsafat
Metode Kritis
Metode kritis bersifat analisa istilah dan pendapat, kemudian disistematiskan dalam hermeneutika yang menjelaskan keyakinan dan berbagai pertentangannya.
Metode Filsafat Intuitif
Metode yang tidak bertumpu pada intelek dan rasionalisasi manusia, tetapi tidak bersifat anti-intelektual. Manusia terkadang harus mengambil jarak dan berjauhan dengan logika, serta menyerahkan diri pada kemurnian kenyataan dan keaslian fitrah manusia.
Metode Skolastik
Metode skolastik menunjukkan kaitan yang erat dengan metode mengajar.
Metode Filsafat Matematis
Descartes menyebut metode ini dengan sebutan “metode analistis”. Menurut
Descartes ada keteraturan dan ketersusunan alami dalam kenyataan yang berhubungan dengan pengertian manusia.
Metode Empiris-Eksperimental
Para penganut empiris sangat dipengaruhi oleh sistem dan metode Descartes,
terutama dalam menekankan data kesadaran dan pengalaman individual yang tidak dapat diragukan lagi. Bagi mereka, pengalaman (empeiria) adalah sumber pengetahuan yang lebih dipercaya ketimbang rasio.
Metode Transendental
Metode ini juga sering disebut dengan metode neo-skolastik. Immanuel Kant
(1724-1804) merupakan pelopor metode ini. Pemikiran Kant merupakan titik-
tolak periode baru bagi filsafat Barat. Ia mendamaikan dua aliran yang
berseberangan: rasionalisme dan empirisme. Metode ini menerima nilai objektif ilmu-ilmu positif, sebab terbukti
telah menghasilkan kemajuan hidup sehari-hari. Ia juga menerima nilai subjektif agama dan moral sebab memberikan kemajuan dan kebahagiaan.
Metode Dialektis
Tokoh terkenal metode ini adalah Hegel, hingga terkadang metode ini disebut
dengan ‘Hegelian Method’. Nama lengkapnya adalah George Willhelm
Friedrich Hegel (1770-1831). Langkah awal metode ini ialah pengiyaan dengan
mengambil konsep atau pengertian yang lazim diterima dan jelas.
Kemudian membuat suatu anti tesis atau bantahan dari konsep atau pengertian
yang lazim tersebut. Setelah itu diambil kesimpulan dari keduanya dan
dibentuklah suatu sintesis dari Keduanya. Pada akhirnya sintesis tersebut akan menemui anti tesis lainnya, untuk kemudian disintesiskan kembali untuk
mendapatkan hahikat yang lebih baik lagi.
Metode Fenomenologis
Metode ini melihat sesuatu dengan objektif tanpa melihat sisi
subjektifnya seperti kepentingan, perasaan, atau tekanan sosial. Bayangkan
bagaimana rasa penasaran seorang anak kecil yang belum mengerti apa-apa
ketika menemukan hal baru. Ia akan mengobservasinya dan melakukan apapun
Metode Filsafat Eksistensialisme
Tokoh-tokoh terkemuka Eksistensialisme adalah Heidegger, Sartre, Jaspers,
Marcel dan Merleau-Point. Para tokoh eksistensialis tidak menyetujui tekanan
Husserl pada sikap objektif. Bagi kalangan eksistensialis, subjektifitas
manusialah yang pertama-tama dianalisa.
Karena bisa jadi sebetulnya sesuatu yang dianggap “ada” (exist) itu tidak dapat
“mengada” tanpa ada konteks pembentuk disekitarnya: perasaan manusia, interaktifitas individu dalam suatu kelompok dan kepentingan tertentu.
Metode Analitika Bahasa
Wittgenstein adalah tokoh dominan dalam metode ini. Ia mempelajari filsafat
dengan alasan yang kemungkinan sama dengan kebanyakan orang. Ia penasaran
dengan filsafat yang begitu membingungkan. Setelah melakukan penelitian, ia
menemukan bahwa kebingungan ini banyak disebabkan oleh bahasa filosofis yang rancu dan kacau.
Comments
Post a Comment